Itulah cara aku memilikimu, kemenangan atas dirimu kuanggap sebagai hadiah dari sebuah pertarungan besar. Pertama aku melihatmu, sungguh bagai kunjungan ke tempat penitipan anjing yang paling eksklusif. Dimana semua mahkluk lucu itu disuguhi makanan dan tempat bernaung, akan tetapi tetap terpenjara sampai datang orang-orang yang mau membebaskan mereka dari kekang itu.
Aku melihat mereka yang kuat-kuat, Bulldog, Doberman, sampai mereka yang lucu-lucu, Chow-Chow, Pomeranian..lalu pandanganku jatuh pada kamu, anjing berupa janggal, hitam dan pendek, bulat dan bundar. Sungguh rupamu tidak menarik mata, bahkan mungkin mengundang tawa.Tapi aku terpesona pada kamu, yang indah dengan ketidaksempurnaan kamu.
Waktu mundur berabad-abad..aku melihat diriku sendiri, menunggang kuda hitam yang perkasa. Derap si hitam mengimbangi otot-ototnya yang menapak di sela pepohonan. Aku tengah menyusuri hutan yang perlahan kusibak sampai kutemukan sebuah kastil. Aku mendengar lirihnya suaramu. Ketika kudekati, lirihmu berubah menjadi tawa. Tapi betapa kosongnya tawamu, sayang!
Matahari tepat di pucuk kepalaku, hingga dengan jelas dapat kulihat kamu. Sungguh megah dirimu, sayang..jubahmu bertatahkan berlian, mahkotamu bersusun tiga, tapi kamu tidak bersinar, entah mengapa..padahal kamu didampingi putri cantik dan semua kekayaan yang dapat goyahkan batin pertapa sekalipun.
Kutunggu malam menjemput untuk dapat berbincang denganmu. Kamu tengah mengaca di permukaan danau ketika langkah kakiku mengagetkanmu. Kau menengadah dan dapat kubaca air mukamu. Kau memandang remeh aku yang lusuh ini tapi menginginkan kebebasan yang terpampang jelas di rupaku.
Seketika itu pula kita jatuh cinta, membuat semua yang tidak mungkin menjadi mungkin. Kau tampak ragu ketika kuajak untuk melarikan diri. Wahai sayangku, sadarkah kamu aku ini tengah menyelamatkanmu? Mungkin kita akan hidup melarat di bawah naungan mentari dan purnama yang sesekali menghibur, tapi setidaknya cinta akan menghidupi kita, lebih dari cukup.
Tahukah kamu, saat kau jatuh cinta padaku, aku tengah menyelamatkanmu dari kekeringan dan ketandusan, dimana kau peroleh semua kenikmatan duniawi kecuali satu hal yang paling hakiki. Yaitu cinta, yang tanpa pamrih dan tak memandang rupa, maupun materi. Aku tengah tiupkan nafas di paru-parumu yang sedang kronis, setelah berpuluh-puluh tahun tidak mendapat zat asam.
Dan inilah kita, menyusuri kembali hutan yang pagi ini kusibak. Kau mencair dalam genggamanku, karena hati kita yang panas membara mencairkan kebekuanmu. Sama halnya ketika berabad-abad setelah ini, ketika reinkarnasimu adalah seekor anjing, aku tetap mengenalimu, dan akan membawamu pulang dalam perlindunganku.
No comments:
Post a Comment